Makassar, INIPALOPO – Kabar baik dari kampus. Mahasiswa Universitas Hasanuddin membuat inovasi baru dalam pengobatan tuberkulosis dengan memanfaatkan senyawa allicin pada bawang putih.
Hal tersebut terungkap dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) tim AIMMP’s yang diketuai oleh Buyung Rachmat Toar, bersama timnya Andi Dwi Batari, Nabila Hana Zahirah Amri, Ayu Rezki Ainiyyah, dan Triaugust Aquino Mantong.
Tim ini berhasil menciptakan trobosan baru dalam penghantaran senyawa allicin melalui Inhallation-Mucopenetrating Microparticles.
Inovasi sistem penghantaran obat ini didampingi oleh dosen pembimbing apt. Afdil Viqar Viqhi, S.Si., M.Si. yang dilaksanakan di Laboratorium UNHAS Makassar.
“Inovasi yang kami buat ini, didampingi sepenuhnya oleh dosen pembimbing apt. Afdil Viqar Viqhi dan berkat kerjasama tim selama melakukan terobosan inovasi baru penghantaran senyawa allicin melalui inhallation-Mucopenetraiting Microparticles,” ucap Buyung, Sabtu (13/07/2024).
Diketahui, Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2020, terdapat sekitar 10 juta kasus penderita TB di seluruh dunia dengan jumlah kematian sebanyak 1,2 juta jiwa.
Angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2022 dengan jumlah kasus TB mencapai 10,6 juta jiwa di dunia dan Indonesia mencapai posisi kedua dengan kasus TB terbesar di dunia berkisar lebih dari 700 ribu kasus.
Tingginya kasus tuberkulosis disebabkan oleh maraknya kasus resistensi obat. Selain itu, penghantaran obat melalui oral dapat menurunkan dosis obat yang terdistribusi ke dalam paru-paru serta penghantaran melalui infeksi dapat menyebabkan rasa sakit.
Durasi pengobatan yang cukup lama juga turut andil dalam menurunkan kepatuhan pasien selama proses pengobatan. Sehingga, dibutuhkan inovasi baru dalam pengobatan tuberkulosis.
Sementara Allicin memiliki potensi besar untuk terapi tuberkulosis, namun senyawa tersebut memiliki stabilitas dan biovailabilitas yang kurang maksimal sehingga diperlukan sistem penghantaran obat yang efektif untuk mengoptimalkan penghantaran senyawa allicin ke dalam paru-paru.
Tim AIMMP’s, memformulasikan senyawa allicin dalam bentuk mikropartikel. Formula terbaik akan dikemas dalam bentuk sediaan dry powder inhaler (DPI) karena memiliki tingkat stabilitas yang bagus dalam menghantarkan obat dosis tinggi ke dalam paru-paru.
Inovasi penghantaran senyawa allicin dalam bentuk Inhallation-Mucopenetrating Microparticles terbukti dapat meningkatkan distribusi senyawa allicin pada paru-paru. Sehingga, memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan sebagai alternatif pengobatan penyakit tuberkulosis.
Riset ini diharapkan dapat menjadi metode efektif dalam pengobatan tuberkulosis. Sehingga dapat berkontribusi nyata dalam bidang kesehatan dan juga sustainable development goals (SDGs) untuk membantu menurunkan angka kematian akibat tuberkulosis khususnya di Indonesia.
“Kami berharap riset ini dapat menjadi metode efektif dalam pengobatan tuberkulosis. Sehingga dapat berkontribusi nyata dalam bidang kesehatan dan juga sustainable development goals (SDGs) untuk membantu menurunkan angka kematian akibat tuberkulosis khususnya di Indonesia,” tutup Buyung. [*]